By : Muhammad Fahri (Orang Bima Dirantauan)
Bima, mengeja kata ini ibarat menggigau. Begitu mudah dan lepas. Sebuah daerah pemerintahan tingkat dua yang terletak diujung timur pulau Sumbawa. Dalam khasanah geografis nusantara, terletak persis ditengah gugusan pulau-pulau sunda kecil, dulu istilah ini dinobatkan sebagai pembeda gugus pulau Jawa dengan gugus gugus pulau-pulau ditimurnya. Mencakup pulau Bali. Lombok, Sumbawa, Flores dan ratusan pulau-pualu kecil sebagai orbit masing-masing pulau tersebut. Sekarang Sunda kecil itu, telah terbagi dalam tiga Propinsi, masing-masing Propinsi Bali dibagian barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat ditengahnya dan Propinsi Nusa Tenggara Timur dibagian timur.
Secara umum, karakteristik ketiga daerah ini relatif sama ditinjau dari iklim dan kondisi geografis yang bergunung-gunung dan berbukit. Curah hujan juga relative tidak jauh berbeda. Kultur masyarakat memang memiliki garis perbedaan yang lebih nyata dimana mayoritas agama dimasing-masing daerah sangat berperan dalam membentuk kultur dan budaya masing-masing. Bali dengan mayoritas agama Hindu terasa lebih kental dengan khasanah budaya yang menjadi ikon kehidupan masyarakatnya. Propinsi ini telah berhasil menjadikan kultur budaya daerahnya menjadi asset penting dalam potensi pariwisata nusantara dan bahkan dunia. NTB juga mulai berbenah untuk mengangkat pariwisata sebagai sector andalan untuk promosi daerah. NTT memiliki banyak potensi yang bias menjadi andalan pariwisata masa depan yang kaya nuansa. Sayang masih belum setenar gaung didua daerah “saudaranya” yang lain.
Pulau Sumbawa terdiri dari dua suku bangsa yang memiliki bahasa ibu yang berbeda yaitu suku Samawa dengan bahasa Samawa dibagian barat meliputi Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), dibagian timur didiami oleh suku bima dengan bahasa ibu nggahi mbojo menjadi identitas resmi suku bangsa ini meliputi Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu.
Bima, saat ini telah mekar menjadi dua daerah otonom yang hidup berdampingan. Kabupaten Bima sebagai induk dan Kota Bima sebagai daerah baru yang mulai bangkit dan maju. Bima memiliki infrastruktur daerah yang menjadi bagian pentin dalam mengawal derap langkah pembagunan yan digalakkan. Bandara Sultan Salahudin Bima sebagai pintu masuk lewat lalulintas udara, pelabuhan kelas III Bima dan Pelabuhan Penyeberangan Ferry Sape lintas pulau yang menghubungkan dengan pulau Flores NTT sebagai jalur masuk lewat laut bagi interaksi intensif dua wilayah tersebut. Lewat darat ada jalan nasional yang melintasi pulau Sumbawa dari barat sampai ujung timurnya.
Bima telah ditetapkan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET BIMA) meliputi Kabupaten dan Kota Bima serta Kabupaten Dompu. Dimaksudkan sebagai titik tumbuh baru pembangunan kawasan untuk mempercepat gegap pembangunan dikawasan ini. Letak Bima yang strategis ini diharapkan dapat menjadi daerah transit bagi berbagai lintasan aktifitas dan roda pembangunan kawasan sehingga dapat memicu dan memacu derap pembangunan yang disinyalir masih belum maksimal.
Sebagai daerah transit arus kemajuan, Bima semestinya terus berbenah untuk memperbaiki sarana prasarana pendukung agar harapan Bima dapat menjadi kawasan baru titik tumbuh pembangunan diberbagai aspek. Dngan itu, peran Bima ke depan dapat menjadi sentral pusat perdagangan, industri dan jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat dikawasan. Menjadi penyambung arus kemajuan yang saat ini bergerak dari sisi barat menuju ke timur kawasan. Geliat pembanguanan sisi barat yang telah lebih dulu bergerak diharapkan akan menular dengan cepat lewat Bima sebagai daerah penyangga kemajuan kawasan.
Kerja bareng daerah-daerah pulau di gugus sunda kecil semestinya harus ditingkatkan terutama di industri pariwisata (wisata bahari) yang menjadi potensi besar kawasan ini. Ide kerjasama gugus pulau sunda kecil yang dicetuskan oleh Gubernur NTB di Kupang beberapa saat yang lalu (Kompas,20/12/2008) dapat menjadi kajian serius untuk dilanjutkan.
Pluralitas ketiga daerah ini dengan ragam budaya, etnik dan potensi alam dapat dirangkai menjadi satu paket industri jasa wisata yang menggiurkan. Bima sebagai titik tengah dapat menjadi pelopor kerjasama yang saling menguatkan dilingkup sunda kecil.
Kajian pemetaan potensi dan kerjasama bisa ditingkatkan yang kemudian bisa di nobatkan sebagai lahan besar pariwisata dunia sebagai pengembangan pariwisata nusantara yang saat ini masih berkutat sekitar Bali dan Lombok. Danau Kelimutu dan Taman Nasional Komodo (kandidat 7 keajaiban alam dunia) adalah paket yang harus dirangkul sebagai asset wisata masa depan.
Jadi, Bima dimasa depan dapat menjadi daerah transit penting bagi kawasan sunda kecil untuk berkembang dan maju. Bagaimana pendapat anda ???
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda :