WELCOME TO MY BLOG ::

Selamat Datang Sahabat. Semoga kita menjadi saudara sejati, ketika KLIK anda mengantar masuk space ini semoga bukan ruang hampa yang menjenuhkan. Sangat tersanjung anda berkenaan membaca sejenak apapun yang tersaji disini. Sejurus lalu, meninggalkan komentar, kritik atau pesan bijak buat penghuni blog. Ekspresi anda dalam bentuk tulisan adalah ungkapan abstrak banyak keinginan yang ingin kita gapai. So, berekspresilah dengan tulus dan semangat. Mari kita pupuk semangat dan cita-cita tinggi.
OK

Rabu, 21 Januari 2009

BAKTERI PATHOGEN PADA BUDIDAYA PERIKANAN Vibrio alginolyticus


by : MUHAMMAD FAHRI 0720818017

PROGRAM PASCA SARJANA BUDIDAYA PERIKANAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2008

Malang, Januari 2009

I. PENDAHULUAN
Vibrio adalah suatu jenis Bakteri Gram-Negative yang mempunyai suatu tangkai yang bentuknya bengkok dan secara khas ditemukan pada air laut, Vibrio bersifat fakultatif anaerob positif test untuk oxidase dan tidak membentuk spora. Semua anggota jenis ini adalah motil (bergerak) dan mempunyai kutub flagella dengan sarung pelindung. Sejarah evolusi suatu ras terbaru telah dibangun didasarkan pada suatu deretan gen (analisa urutan multi-locus)

Semua kelompok spesies yang hidup dalam air, bakteri berbentuk koma dalam keluarga Vibrionaceae. Beberapa jenis menyebabkan penyakit serius pada manusia dan juga hewan. Bakteri ini adalah termasuk dalam bakteri gram-negative, untuk bakteri yang mampu bergerak (dengan satu sampai tiga flagella), dan tidak memerlukan oksigen. Sel bakteri dibengkokkan seperti tangkai, tunggal atau meregangkan bersama-sama dalam bentuk S atau berpilin. Dua jenis mengakibatkan penyakit pada manusia: satu penyebab kolera, diarrhea hasil bakteri akut lain.

Salah satu kendala budidaya ikan laut khususnya kerapu tikus di Indonesia adalah keterbatasan penyediaan benih karena adanya infeksi patogen bakteri vibrio. Benih ikan yang bebas dari pathogen dikenal dengan istilah Spesies Pathogen Free (SPF). Bakteri vibrio penyebab vibriosis masih merupakan masalah utama bagi industri budidaya ikan kerapu yang menyebabkan kematian sehingga mencapai 100 persen. Bakteri patogen yang utama adalah Vibrio alginolyticus. Kondisi ini menyebabkan penanggulangan penyakit tersebut perlu mendapat perhatian dan penanganan secara khusus. 

Komoditas udang menempati urutan kelima terbesar dalam deretan ekspor non- migas, dan merupakan komoditas perikanan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, karena 50% dari total nilai ekspor perikanan Indonesia (sekitar 2,3 milyar US$ pada Tahun 2007). Jenis penyakit yang sering menyerang udang dan menimbulkan banyak kerugian adalah penyakit vibriosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dari jenis Vibrio sp. yang dapat menyebabkan kematian massal yang cepat dalam waktu yang kurang dari satu minggu. (Feliatra et. all, 2008).

Dalam usaha budidaya ikan secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan / udang terserang penyakit meliputi, yaitu :

a. Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain:
Perubahan salinitas air secara mendadak;
pH yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis);
Kekurangan oksigen dalam air;
Zat beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya);
Perubahan suhu air yang mendadak;
Kerusakan mekanis (luka-luka);
Perairan terkena polusi.
b. Makanan yang tidak baik :
Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk;
Bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman.
c. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan.
d. Stres, Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologis dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasi ikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit.
e. Kepadatan Ikan, Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti ammonia akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit. (Anonim, 2005).
Penyebab penyakit di atas tergolongkan kedalam faktor intern (dari dalam), maksudnya penyebab penyakit itu masih di sebabkan oleh spesies itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal di sebabkan oleh lingkungan di sekitar tempat spesies di budi dayakan.
Timbulnya penyakit pada budidaya tambak salah satunya disebabkan karena menumpuknya limbah disekitar lingkungan tambak (faktor ekstern) sehingga menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme. Jika pertumbuhan mikroorganisme ini melimpah terutama pada golongan pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air di sekeliling unit hatchery (Anonim, 2004).
Kematian ikan akibat dari serangan penyakit menjadi hal yang tidak diinginkan oleh para pembudidaya ikan, karena serangan penyakit baik bakteri maupun viral sangat mematikan organisme yang dibudidayakan dalam tempo waktu yang relatif sangat singkat dan ganas. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang berbagai aspek organisme penyakit ini sangat membantu dalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi tingkat pathogenitas penyakit yang ditimbulkannya.
2. PENYAKIT BAKTERIAL
Beberapa Vibrio sp. penyebab penyakit pada populasi ikan laut, baik yang dibudidaya maupun ikan liar. Sindrom penyakit vibriosis adalah salah satu dari penyakit ikan laut yang utama (Sindermann, 1970; House, 1982). Biasa disebut dengan " sakit merah", " hama merah", " noda merah" dan " penyakit merah" oleh karena karakteristik luka kulit hemorrhagic, penyakit ini telah dikenali dan diuraikan sejak 1718 di Italia, dengan banyak epizootics didokumentasikan sepanjang abad ke-19 (Crosa et al., 1977; Sindermann, 1970). Sekarang, telah dipahami untuk penyakit bakterial ikan laut, telah ditambahkan dalam daftar penyakit baru yang disebabkan oleh Vibrio spp.
Jenis penyakit bakterial yang ditemukan pada ikan kerapu, diantaranya adalah penyakit borok pangkal strip ekor dan penyakit mulut merah. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri ditemukan beberapa jenis bakteri yang diduga berkaitan erat dengan kasus penyakit bakterial, yaitu Vibrio alginolyticus, V. algosus, V. anguillarum dan V. fuscus. Diantara jenis bakteri tersebut bakteri V. alginolyticus dan V. fuscus merupakan jenis yang sangat patogen pada ikan kerapu tikus.
Hasil penelitian secara morfologi dan uji biokimia ditemukan 12 strain bakteri vibrio yang berbeda. Sedangkan hasil uji molekuler yang berbasis DNA 16s baru selesai ditemukan 2 strain dan yaitu Vibrio alginolyticus A3G-2 dengan tingkat homolog sebesar 98% dan lainnya Uncultured bacterium clone BB3S16S-17 dengan tingkat homolog sebesar 99% dan ini diperkirakan jenis bakteri Vibrio sp. yang merupakan bakteri asli di Indonesia, karena memiliki molekuler yang berbeda dengan bakteri Vibrio sp. yang ada di data Bank Mikrobiologi dunia. (Feliatra et. all, 2008)
a. Vibrio alginolyticus
Vibrio alginolyticus dicirikan dengan pertumbuhannya yang bersifat swarm pada media padat non selektif. Ciri lain adalah gram negatif, motil, bentuk batang, fermentasi glukosa, laktosa, sukrosa dan maltosa, membentuk kolom berukuran 0.8 - 1.2 cm yang berwarna kuning pada media TCBS. Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling patogen pada ikan kerapu tikus dibandingkan jenis bakteri lainnya. Nilai konsentrasi letal median (LC50) adalah sebesar 106.6 pada ikan dengan berat antara 5-10 gram. Kematian massal pada benih diduga disebabkan oleh infeksi bakteri V. alginolyticus. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penggunaan berbagai jenis antibiotika seperti Chloramfenikol, eritromisina dan oksitetrasiklin. Sifat lain yang tidak kalah penting adalah sifat proteolitik yang berkaitan dengan mekanisme infeksi bakteri.
Pada kelompok Vibrio alginolitycus, bakteri ini adalah lysine positif, pengurangan nitrat, lipase, gelatinase, oxidase-fermentation test tetapi negatif arginine, urease dan luminesensi. Sebanyak 10 jenis yang diisolasi berkembang dalam 1% peptone medium yang berisi 3, 6, 8, 10% klorid sodium tetapi tidak mengakar 0% Nacl. Jenis ini memproduksi asam dari glukosa, glycerol, mannitol, sucrose tetapi bukan dari lactose, salicin. Semua dari jenis ini tidak memproduksi gas dari glukosa. Didalam kasus dari tajin pangkat dengan diturunkan, ada hanya 10% reaksi positif dan VP reaksi mempunyai 20% reaksi positif (Larsen Dan Pedersen, 1999). 
b. Vibrio anguillarum
Dibandingkan dengan V. alginolyticus, V. anguillarum merupakan spesies yang kurang patogen terhadap ikan air payau. Pada uji patogenisitas ikan kerapu tikus ukuran 5 gram yang diinfeksi bakteri dengan kepadatan tinggi hingga 108 CFU/ikan hanya mengakibatkan mortalitas 20%.
Diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan melakukan isolasi dan identifikasi bakteri. Penumbuhan bakteri pada media selektif TCBS akan didapatkan koloni yang kekuningan dengan ukuran yang hampir sama dengan koloni V. alginolyticus akan tetapi bakteri ini tidak tumbuh swarm pada media padat non-selektif seperti NA.
3. KLASIFIKASI Vibrio alginolyticus
Klasifikasi ilmiah dari jenis bakteri vibrio alginolyticus ini dapat dilhat sebagaimana dalam susunan sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio. (Pacini, 1854)
Type species :Vibrio alginolyticus
Tabel 1. Species-spesies bakteri Vibrio :
V. aerogenes
V. aestuarianus
V. agarivorans
V. albensis
V. alginolyticus
V. brasiliensis
V. calviensis
V. campbellii
V. chagasii
V. cholerae
V. cincinnatiensis
V. coralliilyticus
V. crassostreae
V. cyclitrophicus
V. diabolicus
V. diazotrophicus
V. ezurae
V. fischeri
V. fluvialis
V. fortis V. furnissii
V. gallicus
V. gazogenes
V. gigantis
V. halioticoli
V. harveyi
V. hepatarius
V. hispanicus
V. ichthyoenteri
V. kanaloae
V. lentus
V. litoralis
V. logei
V. mediterranei
V. metschnikovii
V. mimicus
V. mytili
V. natriegens
V. navarrensis
V. neonatus 
V. tasmaniensis
V. tubiashii V. neptunius
V. nereis
V. nigripulchritudo
V. ordalii
V. orientalis
V. pacinii
V. parahaemolyticus
V. pectenicida
V. penaeicida
V. pomeroyi
V. vulnificus
V. wodanis V. ponticus
V. proteolyticus
V. rotiferianus
V. ruber
V. rumoiensis
V. salmonicida
V. scophthalmi
V. splendidus
V. superstes
V. tapetis 
V. xuii
 
Gambar 1. Flagellar strain of Vibrio alginolyticus
Sumber : Britannica Concise Encyclopedia : Vibrio

4. JENIS BAKTERI VIBRIO PATHOGENIK
Menurut Austin dan Austin (1987) (dikutip oleh Hanna, 1991) menggolongkan tujuh Vibrio Pathogen utama pada ikan yaitu, V. alginolitycus, Vibrio Anguillarum, V. carchariae, V. cholerae, V. damsela, V. ordalii dan V. vulnificus.
Beberapa jenis Vibrio secara klinis menjadi pathogens penting pada manusia. Kebanyakan penyakit yang disebabkan jenis ini dihubungkan dengan gastroenteritis tetapi dapat juga terinfeksi luka terbuka dan penyebab keracunan darah. Penyakit ini dapat dibawa oleh banyak hewan laut yang hidup, seperti ketam atau udang-udangan, dan telah diketahui menyebabkan infeksi yang fatal pada manusia selama perkembangan. Vibrio Pathogenic meliputi V. cholerae (agen penyebab kolera), V. parahaemolyticus, dan V. vulnificus. Vibrio cholerae biasanya tersebar melalui pencemaran air. Vibrio Pathogenic dapat menyebabkan keracunan makanan, pada umumnya dihubungkan dengan makan makanan hasil laut yang belum dimasak.
Vibrio spp mempunyai keanekaragaman phenotypic yang besar, oleh karena itu sangat kompleks untuk mengidentifikasinya. Jenis Vibrio adalah bakteri gram negatif, oxidase reaksi positif, mengakar TCBS agar, oxidative-fementative menguji hal positif. Di samping karakteristik ini, bakteri ini juga bereaksi dengan arginine, lysine, orthinine, amylase, indole, sitrat, Voges-Proskauer, urease, gelatin, pertumbuhan pada 0,6 dan 8% Nacl, pertumbuhan pada temperatur 4,35 dan 40OC, pembalasan dengan O/129 10 µg, hasil asam dari sebagian dari gula, dan lainnya (Larsen dan Pedersen, 1999).
Semua anggota jenis Vibrio adalah bakteri Gram-Negative yang ukuran dan bentuk dari coccobacilli ke rod-shape sel, yaitu vibrioid. Di bawah kondisi kekurangan nutrirsi atau pada lingkungan alami, mencakup muara dan samudra, di mana kondisi-kondisi oligotrophic terjadi, vibrios akan terjadi seperti bentuk coccoid kecil, sebagai strategi agar dapat bertahan hidup (Singleton et al., 1982; Xu et al., 1982; Novitsky& Morita, 1976). Vibrio Spp bergerak (motil) atas bantuan sebuah kutub flagellum yang terbungkus, satu atau lebih kutub sel. Beberapa jenis juga membentuk flagella cabang samping tidak terbungkus, ketika media mengakar padat. Flagella cabang samping berperan dalam pemasangan pada permukaan (Belas and Colwell, 1982A; 1982B).
Serangan Vibrio vulnificus biasanya terjadi pada iklim hangat dan kecil, biasanya mematikan, serangan terjadi secara teratur. Suatu serangan terjadi yang terbaru di New Orleans setelah Angin topan Katrina dan beberapa kasus mematikan terjadi sepanjang tahun di Florida.
V. parahaemolyticus juga dihubungkan dengan Peristiwa Kanagawa, di mana jenis yang diisolasi dari manusia (isolasi klinis) adalah terjadi hemolytic pada darah agar yang disepuh, sedang bakteri yang diisolasi bersumber dari bukan manusia adalah non-hemolytic. Banyak Vibrio juga zoonotic. Menyebabkan penyakit pada ikan dan shellfish, dan penyebab umum kematian antar kehidupan laut domestik.
Vibrio fischeri, Photobacterium phosphoreum, dan Vibrio harveyi adalah jenis yang umum dimana tingkat keganasan yang sering dibahas. Keduanya, V. fischeri dan Photobacterium phosphoreum bersimbiosa dengan organisma laut yang lain seperti ubur-ubur, ikan, atau squid, dan menghasilkan cahaya dengan biopendar melalui mekanisme kuorum yang dimilikinya. Vibrio harveyi adalah suatu pathogen beberapa hewan air dan umumnya sebagai penyebab penyakit dengan gejala kulit “berkilauan/bercahaya” (vibriosis) pada udang.
Pada budidaya ikan kerapu masalah penyakit merupakan hal yang tidak bisa dihindari, pemeliharaan larva secara intensif sangat berpeluang untuk terserang penyakit. Salah satu jenis bakteri yang biasa menyerang baik pada pembenihan maupun pada budidaya ikan kerapu adalah bakteri V. alginolyticus. Bakteri ini diketahui dapat mennyebabkan kematian sehingga perlu dilakukan pencegahan, salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan tubuh adalah dengan penggunaan imunostimulan yang dapat meningkatkan respon imun non spesifik. 
Tabel 2 : Karakteristik biokimia antara empat kelompok bakteri yang diisolasi dan typestrains.
 
Sumber : Tran Thi Tuyet Hoa, et all, (2002).
Catatan: + test adalah positif dengan persentase lebih tinggi dibanding 90%
(+) test adalah positif dengan persentase antara 75 dan 89%
  v test adalah positif dengan persentase antara 26 dan 74%
(-) test adalah positif dengan persentase antara 25 dan 11%
test adalah positif dengan persentase lebih rendah dari 10%

Vibriosis adalah penyakit oppurtunistik dari tahap larva dari banyak moluska bivalve. Itu juga dikenal menyerang pada tahap juvenil dari abalone, Holiostis rufescens. Bakteri penyebab penyakit ini, anggota dari kelompok Vibrio, ada diseluruh perairan laut dimana pembenihan dan budidaya dari moluska bivalve dilakukan. Penyakit ini disebabkan lebih banyak oleh manajemen penyakit dimana penyakit dapat dikontrol dengan prosedur hygienitas yang cocok dalam hatchery. Dalam kenyataannya, kehadiran penyakit diindikasikan oleh tidak diikutinya prosedur yang telah ditetapkan tersebut. Penyakit ini dilaporkan sejak permulaan dari perkembangan teknologi pembenihan. Banyak anggota dari kelompok bakteri Vibrio tidak mempunyai indetifikasi yang spesifik. Satu atau lebih anggota spesifik yang penting adalah sebagai organisme pathogen dari larva moluska bivalve.
Flagella
Keunikan dari vibrio yang ditemukan pada awal, seperti V. cholerae mempunyai kutub flagellum tunggal (monotrichous) dengan sarung pelindung. Beberapa jenis seperti V. parahaemolyticus dan V. alginolyticus mempunyai kedua-duanya kutub flagellum tunggal dengan sarung pelindung dan flagella tipis yang diproyeksikan di segala jurusan (peritrichous), dan jenis lain seperti V. fischeri mempunyai berkas dari kutub flagella dengan sarung pelindung (lophotrichous).
Tujuh jenis Vibrio yang berhubungan dengan penyakit pada ikan (Reed P. A and Floyd R.F., 1994), yaitu :
• V. anguillarum (terisolasi paling umum dari ikan laut dan air payau);
• V. ordalli (suatu jenis yang tidak umum )
• V. anguillarum, (kadang-kadang dikenal sebagai Biotype 2);
• V. damsela (terisolasi dari ikan gadis);
• V. carchariae (terisolasi dari ikan hiu);
• V. vulnificus (dilaporkan pada ikan belut Jepang); 
• V. alginolyticus (dilaporkan dari budidaya seabream di Israel). 
5. CARA INFEKSI VIBRIO
5.1. Diagnosa Penyakit Vibrio
Infeksi Vibrio dicurigai merupakan riwayat penyakit ikan tertentu yang diberi tanda klinis, sesuai dengan hasil diagnosa tetapi tetap diperlukan isoalasi bakteri dan identifikasinya. Jika tidak, ikan sakit harus dikirimkan ke laboratorium diagnostik penyakit ikan untuk mengkonfirmasikan infeksi tersebut, mengidentifikasi jenis Vibrio, dan melaksanakan perlakuan sensifitas zat antibiotik.
Untuk mengindentifikasi jenis vibrio yang menyerang maka bakteri yang diisolasi tersebut dilakukan kultur, Vibrio spp menyukai darah yang dilengkapi dengan 3% garam, media diperkaya dengan agar trypticase kedelai dengan 5% ovine darah cukup untuk awal isolasi. Vibrio spp. dapat dibedakan dari bakteri berhubungan erat oleh kepekaan spesifiknya terhadap Novobiocin 0/129 dan, dua agen vibriostatic tersedia. Di samping itu, yang unik adalah "comma-shape" (bentuk koma) dari bakteri Vibrio, pengujian mikroskopik dari jaringan yang terinfeksi tidak bisa menggunakan tempat kultur dan teknik isolasi. (Reed P. A and Floyd R.F., 1994)
Tabel 3. Hydrophobicas jenis V. alginolyticus, kemampuan untuk berkembang dalam lendir kulit, lendir insang, dan lendir usus, dan adhesi untuk ikan bentuk sel dan lendir ikan air tawar laut.
 
Sumber : VOL. 64, 1998 PATHOGENICITY OF V. ALGINOLYTICUS FOR S. AURATA 4273

Vibriosis, seperti pathogen yang lain, masuk dalam unit pembenihan atau pemeliharaan dengan 3 jalur utama : sumber air laut, calon induk dan stok pakan alami (alga). Karena vibrios ada dimana-mana, pembasmian vibriosis tidak mungkin dan penyakit bukan pertimbangan penting pada perpindahan geografis dari larva. Praktek budidaya yang baik jika hewan sakit dari penyebab apapun larva tidak perlu dikirim, dijual, atau digunakan untuk stok benih. 
Pada unit pembenihan dimana vibriosis dicurigai perlu dilakukan sampling bakteri dan dikultur untuk mengetahui jenis bakteri vibrio yang menyerang organisme yang dibudidayakan. Sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan secara lebih baik.
 
Gambar 2. Reaksi Histological dari ikan Coklat Spp. pada Vibrio alginolyticus. (A) Formasi Granuloma-like didalam aksesori kelenjar nidamental. (B) Coagulative necrosis dan bakteri di pusat granuloma (1) dikelilingi oleh suatu lapisan hemocytes tipis (2), dikelilingi oleh suatu reaksi hemocytic fibrotic (3). (C) Lembutkan radang pada branchial (hati/jantung) adalah typified oleh sejumlah besar bakteri dan selular necrosis (1), dan perembesan hemocytic (2). (D) Batas luar ginjal necrotic dan bacteria-laden (1), daerah hemocytes menyusup ke jaringan dari kapal pada inti (2). Suatu jaringan normal juga disajikan (3). Sumber : C. R. Sangster and R. M. Smolowitz, (2003).

 
Gambar 3. Photomicrographs ditandai dengan hematoxylin-eosin dari ikan air tawar laut, menunjukkan efek suntikan histopathological V. alginolyticus produk extracellular ke dalam jaringan otot. (A) Penampakan jaringan merusakkan daerah dekat lokasi suntikan (panah). SP, tulang belakang; S, kulit. Halangi 5 100 mm. (B) Detil area dalam panel ditandai oleh kotak, menunjukkan necrosis dan pencairan jaringan. Halangi 5 50 mm. (C) Serabut Otot tetap utuh dari suatu ikan kontrol. Halangi 5 25 mm. (D) Otot Serabut yang dipengaruhi oleh produk extracellular. Kemerosotan Jaringan dan Invasi dari sel jaringan penghubung sangat jelas. Halangi 5 25 mm. (E) Penyusupan Macrophage (Panah) didalam area yang dipengaruhi oleh produk extracellular. Halangi 5 10 mm. Sumber : C. R. Sangster and R. M. Smolowitz, (2003).
 
Gambar 4. Pengamatan elektron photomicrograph yang menunjukkan adhesi Vibrio alginolyticus ke sel lendir permukaan kulit ikan air tawar laut (A) dan sel epidermal ikan air tawar laut (B). Halangi 5 50 mm. Sumber : C. R. Sangster and R. M. Smolowitz, (2003).

 Vibrio alginoliticus menyerang ikan dan organisme lainnya dimulai dari bagian lendir (mucus) yang diproduksi oleh tubuh, sebab lendir dapat menjadi media yang baik untuk perkembangan koloni bakteri sebab terdapat nutrisi yang dibutuhkan oleh vibrio ini.
6. CARA PENULARAN VIBRIO
Jalur penyebaran infeksi vibrio yang tepat belum jelas, tetapi transmisi dicurigai lewat mulut. Untuk mengisolasikan Vibrio spp. dari bagian tubuh yang berhubungan dengan usus secara klinis dari ikan normal. Di bawah kondisi-kondisi tertentu, bakteri mungkin mampu untuk memotong dinding usus, menghasilkan penyakit systemic. Pada saat serangan terjadi, banyaknya partikel yang cepat menyebar didalam lingkungan meningkat secara dramatis, sehingga meningkatkan kesempatan vibrio yang menyebabkan ikan akan terinfeksi. (Reed P. A and Floyd R.F., 1994)
Tanda Infeksi
Tanda vibriosis adalah serupa pada banyak penyakit bakterial ikan lainnya. Gejala umumnya dimulai dengan kelesuan dan hilangnya selera makan. Penyakit vibriosis juga ditandai dengan kulit menjadi buram (discolored), merah dan necrotic (mati), sakit seperti melepuh dapat terlihat pada permukaan tubuh, adakalanya pecah pada permukaan kulit menghasilkan luka terbuka. Bintik-bintik darah (Erythema) umum terjadi di sekitar sirip dan mulut. Ketika penyakit menjadi systemic, dapat menyebabkan exopthalmia ("pop-eye"), dan saluran usus dan dubur menjadi berdarah dan terisi dengan cairan. semua gejala ini dapat disebabkan oleh penyakit bakterial lainnya, dan bukan hanya oleh Infeksi Vibrio. (Reed P. A and Floyd R.F., 1994)
Gejala klinis setelah dilakukan uji tantang dengan V. alginolyticus ikan terlihat kemerahan, terjadi peradangan, nekrosis dan ulser. Perlakuan dengan pemberian immunostimulan proses penyembuhan ulser lebih cepat. Total Lekosit 23,1-36,3 x106; Netrofil: 0,3-6,3%; Monosit : 25,0-27,0%; Limfosit: 58,3-67,7% dan Trombosit: 0,3-10,3%. Fagositik indek: 5,5 – 9,3. Kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan Bakterin : 75,0 %. 
7. IKAN-IKAN YANG DISERANG
Infeksi Vibrio pada umumnya terjadi pada ikan dari lingkungan laut dan estuarine, dan telah dilaporkan diseluruh dunia. Vibriosis juga dilaporkan pada ikan air tawar. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian massal (>= 50%) pada ikan dalam fasilitas budidaya ketika suatu serangan sedang terjadi. Nama umum untuk infeksi Vibrio ikan meliputi "hama merah" dari ikan belut, "furunculosis laut", "merah mendidih", dan "hama tombak". Infeksi Vibrio dapat menyebar dengan cepat ketika ikan dipelihara dengan kepadatan tinggi, dan keadaan sistem komersil yang tidak sehat dapat menjangkau 100% dipengaruhi oleh wadah. Penyakit vibrio disebabkan oleh bakteri gram negatif dari keluarga Vibrionaceae. Kelompok bakteri ini meliputi dua jenis utama yang dapat menjadi pathogens ikan penting. Jenis Aeromonas meliputi beberapa jenis pathogens yang penting pada ikan air tawar, walaupun bakteri tersebut adakalanya menyebabkan penyakit pada jenis ikan laut. Infeksi bakteri Aeromonas pada jenis Vibrio adalah pathogens penting dari ikan air laut dan payau, walaupun juga adakalanya dilaporkan menyerang pada jenis ikan air tawar.
Sebanyak 50 Vibrio spp telah diuji untuk klasifikasi secara biokimia. Semua bakteri ini telah diisolasi dari udang sehat dan larva udang sakit yang dipelihara di unit pembenihan. Menurut Larsen dan Pedersen (1999), untuk diagnostik Jenis Vibrio, empat jenis Vibrio spp telah dikenali seperti Vibrio Cholerae, Vibrio alginolyticus, Vibrio carchariae dan Vibrio mimicus sebanyak 62% (31 jenis), 20% (10 jenis), 10% (5 jenis) dan 8% (4 jenis), secara berturut-turut. 
Beberapa karakteristik dari bakteri ini yaitu, dua kelompok bakteri penyebab penyakit serius pada tahap berbeda dari pertumbuhan budidaya udang yang mencakup Leucothrix sp dan beberapa jenis Vibrio (Lavilla-Pitogo, 1995). Bakteri Vibrio adalah salah satu dari faktor pathogenic, yang menyebabkan kematian tinggi antar jenis dari udang dan ikan laut yang dibudidaya di Thailand (Ruangpan dan Kitao, 1991). Vibriosis, penyakit yang menyebabkan kerugian serius pada usaha pembenihan udang. Larval udang sangat sensitif pada Vibrio harveyi, yang menyebabkan gejala luminescent dari penyakit bakterial (Lavilla-Pitogo et al. 1990). Penyakit ini diketahui sebagai masalah utama di Phillipines, menyebabkan hilangnya juvenil udang di beberapa hatcheries (Lavilla-Pitogo et al. 1992).
Pada beberapa tahun terakhir, penyakit udang yang ditemukan di Vietnam yaitu vibriosis telah menyerang pada larva dan broodstock udang (Tho dan Khang, 1990). Secara umum, penyakit bacterial udang belum banyak diteliti secara mendalam di Vietnam. 
Sebanyak 50 jenis yang diisolasi, terdiri dari Vibrio spp yang bersifat gram negatif, oxidase-positive, glucose-fermenting dan berkembangbiak pada Medium Vibrio seperti TCBS agar. Vibrios yang diisolasi dari kulit artemia yang dibudidayakan yang sakit dan sehat dari larva udang air tawar (M. rosenbergii). 
Suatu Vibrio baru, sangat pathogenic menginfeksi ikan laut air dingin (yaitu ikan salem) yang disebabkan oleh V. salmonicida dan dikenal sebagai " vibrio air dingin " atau penyakit " hitra". Jenis Vibrio juga diketahui menyebabkan penyakit pada manusia, paling sering terjadi jika mengkonsumsi shellfish (kerang) yang terinfeksi. Penyakit paling serius terjadi pada umumnya individu yang mempunyai sistem immune yang lemah, seperti individu yang mempunyai penyakit hati atau mempunyai syndrom kekurangan kekebalan. Memakai sarung tangan selagi pengobatan ikan sakit, dan mencuci tangan secara menyeluruh dengan sabun bactericidal setelah kontak dengan ikan yang terinfeksi adalah hal yang harus diperhatikan. (Reed P. A and Floyd R.F., 1994)
Vibriosis dapat terjadi pada situasi pembenihan laut karena bakteri penyebab ada dimana-mana. Memungkinkan semua spesies menjadi subjek dari serangan penyakit, walaupun beberapa mungkin lebih peka dibanding yang lainnya. Sebagai contoh, penyakit yang diamati pada American Oyster. Crassostrea virginica, dibandingkan dengan Pasific oyster, Crassostrea gigas. Penyakit pada abalone merah disebabkan oleh Vibrio alginoliticus, satu dari yang paling umum dan bakteri yang menyebar luas pada lingkungan perairan laut.

8. KAPAN DAN TINGKAT PATOGENITAS
Vibriosis adalah salah satu penyakit paling utama pada budidaya ikan dan shellfish laut, berbagai jenis vibrio telah didokumentasikan menjadi penyebab sebagian besar kematian pada budidaya penaeids di Taiwan. Sindrom bintik putih (White Spot Syndrome) pada kulit punggung Udang Windu (Penaeus monodon) adalah gejala yang utama dalam serangan terbaru. (Kuo-Kau Lee, et all, 1996).
Pada manajemen pembenihan yang baik tidak akan ada kematian dari larva bivalve pada penyakit dibawah keadaan yang umum. Serangan dapat terjadi dengan secara tidak terduga. Peningkatan produksi pembenihan dari American oyster, mengalami penurunan produksi benih dari 60 juta menjadi 20 juta oyster yang diakibatkan oleh vibriosis. Penyakit ini berhubungan dengan suhu (temperature) yang hangat dan secara khas hanya menjadi masalah pada bulan yang lebih hangat setiap tahunnya.
a. Diagnosis
Vibriosis mungkin dicurigai menyerang larva yang tumbuh secara lambat, batch larva yang gagal dibudidaya atau larva yang tidak terbentuk. Untuk konfirmasi diagnosis harus dibuat dengan kultur bakteri penyebab dan pengujian dari jaringan dari larva sakit. Dapat dilakukan deteksi vibriosis pada hatchery dan mengeliminasi dari dampak penyakit.

b. Penyakit Vibriosis
• Menyerang benih (fingerlings), juvenil dan ikan dewasa; serangan terjadi April atau Oktober ketika temperatur air berkisar 24-26oC;
• Gejala ditandai oleh exophthalmia; rosacea dan luka pada dasar sirip dada; hemorrhagic gonads;
• Agen penyebab : Vibrio alginolyticus
• Perawatan: administrasi flumequine oral, asam oxolinic atau fluromphenicol (Eduardo M. Leaño, et all, 2008)
 
Gambar 5. Pembengkakan mata juvenile ikan disebabkan oleh Vibrio alginliticus 
Sumber : The Seventh Symposium on Diseases in Asian Aquaculture, 22-26 June 2008, Taipei, Taiwan

c. Penyakit Bakterial Enteritis (radang usus disertai memar) 
• Menyerang ikan cobia ditekankan selama kondisi permukaan air rendah dengan temperatur (<>

9 komentar:

Tita mengatakan...

pak punya artikel tentang penyakit patogen pada abalon nggak?trus untuk identifikasinya pake apa aja. thanks

Anonim mengatakan...

assalamu'alaikum sa'e....salam kenal dr mada M.Amrin S1 BP 2003...
btw punya artikel yg berkaitan dengan uji patogenitas v. algynoliticus ngak?
terima kasih,,,,

Anonim mengatakan...

trimakasih buat informasinya..sgt membantu..

YozzyLanus mengatakan...

terima kasih pak Buat Infonya....

Pak punya data tentang bahaya biologi pada produk perikanan.....

terima kasih....:)

Anonim mengatakan...

Mohon informasinya, bakteri vibrio sp. apa yang paling patogen pada kerang abalone ya Pak?tks.

Wirsan mengatakan...

pak, saya saat ini lagi mau yusun penelitian tuk s1 tp msh bingung mau ambil apa, ada usulan pak?? email saya: wirsan_ican@yahoo.com

isa mahendra mengatakan...

mas,, ada gak vibrio yang menyerang ikan tambak,,

Anonim mengatakan...

makasih om, tapi mana sumber pustakanya?

Anonim mengatakan...

mas selain kerapu di kerang bisa kena vibrio g.. truz jenisnya apa ajah.. thx

Posting Komentar

Komentar Anda :

SAHABAT MAYA :

Blog Archive Here :

SEARCH LINK :

Label List

VISIT TOROWAMBA BEAUTY BEACH

VISIT TOROWAMBA BEAUTY BEACH
torowamba as one of tourism asset in sape bima

NEW MOTIVATION :

SUNGGUH SANGAT MEMALUKAN JIKA KAPAL BESAR KITA BERBALIK HALUAN KEBELAKANG HANYA UNTUK MENGURUS SAMPAN KECIL MASALAH. AYO !!! MAJU TERUS BRO !
Template by KangNoval & Abdul Munir | blog Blogger Templates