by Fahry Anduk
Sejarah selalu bergulir dan bergerak bebas sesuai dengan perubahan zamannya. Penguasa adalah penafsir sejarah yang selalu menempatkan dirinya sebagai yang tertinggi dan dominan, sesuai dengan keinginannya. Benar tidaknya sejarah akan ditentukan oleh siapa pencatat manuskrip waktu dan ruang itu berada. Jangan heran, beragam versi sejarah sempat kita temukan walaupun hanya untuk menjelaskan momentum perguliran peristiwa yang sama. Kontroversi sejarah adalah hal lumrah yang tak terelakkan. Disini, dibutuhkan kejernihan dan rekaman yang seksama untuk mempercayai versi mana sudut sejarah dipahami. Disini pula, kita sebagai diri mempunyai hak untuk menentukkan sejarah, meski sebatas sejarah diri yang tidak kita cermati. Merakit sejarah diri dalam versi kita adalah cara elegan untuk menggambarkan rekam jejak kita sebatas kekuasaan yang kita miliki. Jadi, bergegaslah untuk mencatatkan dan mengabdikan diri sendiri dalam versi unik dan penuh objektifitas ini.
Banyak cara untuk mengamankan sekaligus untuk mempublikasikan keinginan diri, sebagai pelaku rintang waktu dan ruang (time and space). Dulu, memory manis indah dan pahit empedu yang kita nikmati dalam kehidupan tergores dalam lembar-lembar diary lusuh. Buku-buku agenda juga sempat kita gunakan untuk mencatat luapan emosi dan gejolak perih hari-hari kita. Didalamnya, kadang kita temukan permen manis, asam kecut, pahit lengket dan tawar hambar waktu yang kita geluti. Untuk menuang ide dan rasa kita pada bejana pikiran sahabat kita pernah akrab dengan lembaran surat dan sampul amplop yang aneka warna. Perangko adalah perangkat wajib yang menemani sudut atas sampul sebelum diseberangkan oleh pasukan biro pos dan giro. Kolektor perangko dulu eksis dengan klub philately. Telegram juga adalah jasa lain yang unik dan ekspres dari biro ini. Tapi itu dulu.
Jaman berganti dengan ekslasi yang luar biasa. Pak pos yang sering memencet tombol bel rumah kita kini jarang dan bahkan tidak ada lagi. Kita secara tidak sadar telah mengucapkan good bye Mr. Post. Ruang dan waktu kita hari ini telah dikepung oleh jasa technology yang praktis, pragmatis dan menyenangkan. Hanya butuh keahlian untuk menekan tuts-tuts elektronik mini dan ringkas, sejumlah order layanan bisa kita penuhi. Kita menjadi raja yang bijak untuk memanfaatkan antrian layanan kemudahan beraktivitas dan kehidupan keseharian. Sejarah kita telah ditentukan oleh desain yang penuh sensasi dan jinak. Desain modernitas jaman dan waktu abad 21. Desain manusia-manusia jenius.
Sekedar untuk bersahabat dengan berbagai latar sahabat dan manusia, tidak ada lagi sekat geografis dan Negara. Bahkan tidak perlu bertatap dan kenal wajah. Kita bisa merajut persahabatan tanpa batas. Hanya dimodali dengan sebongkah laptop, seonggok handpone, beberapa batang sinyal wireless atau jaringan seluler, bahasa global sudah cukup untuk melanglang buana diberbagai adat yang belum kita kenal sekalipun. Sungguh cerita yang ringkas untuk mengenal berbagai ragam peristiwa terkini hari ini. Inilah abad akhir prestasi kemajuan nalar manusia. Jejaring telah tersedia untuk hidup lebih dinamis lagi.
Semua ini, bisa kita jelaskan dengan rekam jejak ikhtiar manusia tiada henti untuk berinovasi dan mencoba. Eksperiman untuk mencatat sejarah dalam usaha pencarian yang tiada henti. Pertanyaan kita, apakah kita, secara pribadi, terlibat dan atau melibatkan diri pada proses aktualisasi sejarah jaman dan kehidupan. Pertanyaan yang kadang membuat malu kita sendiri. Pertanyaan yang senantiasa saya ragu dan tidak berani untuk menjawabnya. Pertanyaan besarrr…?
Keinginan saya, meski tidak terlibat secara sungguh, mudah-mudahan saya mempunyai secuil kesadaran untuk mengajak diri mengarahka minat dan waktu yang ada untuk melibatkan seperangkat anggota tubuh ini dalam pergerakan roda sejarah kemanusiaan dan interaksinya.
Karena kehadiran kita, semestinya bukan semata karena konsidensi, melainkan lahir dari kolase gagasan yang direnungkan dengan serius dan melalui proses yang panjang. Saya tidak cukup pemahaman untuk menebak sampai dimana sejarah kita berujung buntu. Yang jelas, sejarah mengalir deras dan tak terbendung, menumbangkan batas dan sekat yang selama ini merancui pikiran dan prediksi sederhana kita. Sejarah, mengutip Ibnu Khaldun (1332-1406), adalah suatu penalaran kritis dan kerja yang amat cermat dalam mencari sesuatu yang haq (kebenaran) dan tidak terjebak pada hal-hal yan bersifat tendesius.
Intinya, sejarah adalah lautan tak bertepi, jalan tak berujung, kasat mata, dan melingkupi keberdayaan dan sekaligus juga ketidakberdayaan kita sekalipun.
#) Renungan mendalam
Fahry untuk kita semua
WELCOME TO MY BLOG ::
OK
Minggu, 12 April 2009
MERAKIT SEJARAH DIRI
Label :
Renungan mendalam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda :