WELCOME TO MY BLOG ::

Selamat Datang Sahabat. Semoga kita menjadi saudara sejati, ketika KLIK anda mengantar masuk space ini semoga bukan ruang hampa yang menjenuhkan. Sangat tersanjung anda berkenaan membaca sejenak apapun yang tersaji disini. Sejurus lalu, meninggalkan komentar, kritik atau pesan bijak buat penghuni blog. Ekspresi anda dalam bentuk tulisan adalah ungkapan abstrak banyak keinginan yang ingin kita gapai. So, berekspresilah dengan tulus dan semangat. Mari kita pupuk semangat dan cita-cita tinggi.
OK

Selasa, 05 Oktober 2010

KAJIAN KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER DARI ALGA COKLAT Sargassum cristaefolium

Oleh : Muhammad Fahri, S.Pi. M.Pi


PENDAHULUAN

Sargassum cristaefolium.

Alga coklat Sargassum cristaefolium merupakan salah satu marga Sargassum termasuk dalam kelas Phaeophyceae. Ada 150 jenis Marga Sargassum yang dijumpai di daerah perairan tropis, subtropis dan daerah bermusim dingin (Nizamuddin, 1970). Habitat alga Sargassum tumbuh diperairan pada kedalaman 0,5–10 m, ada arus dan ombak.

Pertumbuhan alga ini sebagai makro alga bentik melekat pada substrat dasar perairan. Di daerah tubir tumbuh membentuk rumpun besar, panjang thalli utama mencapai 0,5-3 m dengan untaian cabang thalli terdapat kantong udara (bladder), selalu muncul di permukaan air. (www.rumputlaut.org).

Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 15 jenis alga Sargassum dan yang telah dikenal mencapai 12 jenis. Sedangkan di perairan Indo-Pasifik tercatat 58 jenis. Alga Sargassum tumbuh sepanjang tahun, alga ini bersifat “perenial” atau setiap musim barat maupun timur dapat dijumpai di berbagai perairan (Bosse, 1928).

Sargassum secara ekologis ikut andil dalam pembentukan ekosistem terumbu karang dan merupakan tempat asuhan bagi biota kecil, termasuk untuk perlindungan benih ikan dan benur udang serta sarang melekatnya telur cumi-cumi. Marga Sargassum mengandung bahan alginat dan iodin, bermanfaat sebagai bahan industri makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil. (www.rumputlaut.org)

Morfologi dan Penyebaran S. cristaefolium

Sargassum spp. ada sekitar 400 spesies di dunia, sedangkan di Indonesia dikenal ada 12 jenis, yaitu: Sargassum duplicatum, S. hitrix, S. echinocarpum, S. gracilinum, S. obtuspfolium, S. binderi, S. polyceystum, S. microphylum, S. crassifolium, S. aquafolium, S. vulgare, dan S. polyceratium. Hormophysa di Indonesia dijumpai satu jenis yaitu Hormophysa tricuetra dan Turbinaria spp. ada 4 jenis yaitu Turbinaria conoides, T. conoides, T. ornata, T. murrayana dan T. deccurens. Sargassum spp. bersifat kosmopolitan, tersebar hampir diseluruh perairan Indonesia. Penyebaran Sargassum spp. di alam sangat luas terutama di daerah rataan terumbu karang di semua wilayah perairan pantai (DirJen Perikanan Budidaya DKP RI, 2009).

Sargassum tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras. Karakteristik daerah untuk pertumbuhan yaitu kedalamam 0,5–10 m, suhu perairan 27,25 – 29,30 oC dan salinitas 32–33,5 ‰. Kebutuhan intensitas cahaya matahari marga Sargassum lebih tinggi dari pada marga alga merah. Boney (1965) menyatakan pertumbuhan Sargassum membutuhkan intensitas cahaya matahari berkisar 6500–7500 lux. Sargassum tumbuh berumpun dengan untaian cabang-cabang. Panjang thalli utama mencapai 1–3 m dan tiap-tiap percabangan terdapat gelembung udara berbentuk bulat yang disebut “Bladder,” berfungsi untuk menopang cabang-cabang thalli terapung ke arah permukaan air dalam mendapatkan intensitas cahaya matahari.

Spesifikasi khusus dari Sargassum cristaefolium C. Agardh yaitu mempunyai thalli bulat pada batang utama dan agak gepeng pada percabangan, permukaan halus atau licin. Percabangan dichotomous dengan daun bulat lonjong, pinggir bergerigi, tebal dan duplikasi (double edged). Vesicle melekat pada batang daun, bulat telur atau elip, bentuk bladder bulat lonjong (Tetsuro Ajisaka, 2006). Marfologi dari Sargassum cristaefolium C. Agardh dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

Taksonomi S. cristaefolium

Berdasarkan hierarki taksonomi Sargassum cristaefolium C. Agardh 1820 menurut NODC Taxonomic Code, database (version 8.0) (1996) adalah sebagai berikut :
Domain : Eukaryota - Whittaker & Margulis,1978
Kingdom : Chromista - T. Cavalier-Smith, 1981
Subkingdom : Chromobiota - Cavalier-Smith, 1991
Infrakingdom : Heterokonta - (Cavalier-Smith, 1986) Cavalier-Smith, 1995
Phylum : Ochrophyta - (Cavalier-Smith, 1986) T. Cavalier-Smith, 1995
Subphylum : Phaeista - Cavalier-Smith, 1995
Infraphylum : Chrysista - (Cavalier-Smith, 1986) Cavalier-Smith, 1995
Superclass : Phaeistia - Cavalier-Smith, 1995
Class : Phaeophyceae
Order : Fucales - Kylin
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Specific descriptor : cristaefolium - C. Agardh
Scientific name : Sargassum cristaefolium C. Agardh

Sumber : NODC Taxonomic Code, database (version 8.0)
Acquired : 1996

Kandungan S. cristaefolium C. Agardh

Rumput laut merupakan makro alga laut primitif, mendukung fotosintesis kehidupan di laut atau di perairan payau. Alga ini diklasifikasikan berdasarkan kandungan pigmen dalam 4500 spesies dari alga merah (Rhodophyta) dengan pigmen r-phycoerythrin dan c-phycocyanin; selain itu 3000 spsies dari alga coklat (Phaeophyta) memiliki pigmen seperti xanthophylls dan fucoxanthins, dan sejumlah 7000 spesies dari alga hijau (Chlorophyta) dengan chlorophyll a dan b, karoten dan beberapa xanthophills. (Dring, 1982)

Rumput laut mengandung komponen penting yang dibutuhkan dalam proses fisiologis hewan dan manusia. Rumput laut kaya akan karbohidrat, protein, lipid dan mineral dan tidak menyebabkan kerusakan pada paru-paru, ginjal, perut dan usus (Katheresan, 1992). Sehingga dapat digunakan sebagai suatu sumber potensial pangan fungsional.

Secara umum, rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A, B, C, D, E dan K) dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10 -20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat (Anonim, 2009). Kandungan nutrien dan potensi zat-zat yang terdapat dalam alga laut, khususnya Sargassum belum banyak diteliti (Mulyo, 2009).

Jenis rumput laut yang banyak digunakan untuk pembuatan obat adalah alga coklat khususnya Sargasum dan Turbinaria. Pengolahan rumput laut jenis tersebut menghasilkan ekstrak berupa senyawa natrium alginat. Senyawa alginat inilah yang dimanfaatkan dalam pembuatan obat antibakteri, antitumor, penurunan darah tinggi dan mengatasi gangguan kelenjar (Parveen dan Viqar, 2002).

Menurut Parveen dan Viqar (2002), komposisi proksimat dari penelitian berdasarkan persentase berat kering beberapa jenis rumput laut mengandung unsur-unsur seperti yang disajikan dalam Tabel. 2.1 berikut ini.

Tabel. 2.1. Komposisi Biokimia dari Beberapa Rumput Laut (Parveen dan Viqar, 2002).

Senyawa Bioaktif dari S. cristaefolium C. Agardh

Sitotoksisitas dari tumbuhan alam menjadi pertimbangan sebagai penyedia dari kandungan agen antitumor. Antitumor potensial menjadi harapan umumnya dari alga laut telah diteliti dan aktifitas penghambatan yang kuat terdapat dalam spesies Undaria pinnatifida, Laminaria dan Sargassum (Ohigashi et. al., 1992; Yamamoto et.al., 1974). Aktifitas antitumor dari fucoidan atau fucan dari alga coklat, spesies Laminaria dan Sargassum thumbergii juga telah dilaporkan dalam hewan uji tikus dengan karsinoma Ehrlich (Chida & Yamamoto, 1987; Ito & Sugiura, 1976; Zhuang, et.al., 1995). Fucan, sebuah polysacharide sulphate (HF) dari alga coklat Ascophyllum nodosum menunjukkan efek antitumor dan antipoliferasi baik secara in-vitro maupun in-vivo terhadap non-small-cell human broncho-pulmonary carcinoma (NSCLC-N6) dan sangat berpotensi sebagai agen antitumor dalam terapi kanker (Riou, et.al., 1996). Efek antitumor dari ekstrak Sargassum kjellmanianum juga telah dilaporkan (Iizima-Mizui et.al, 1985; Yamamoto et.al., 1981) masing-masing pada sulphate fucose mengandung polyscharide (Nagumo et.al, 1988, Yamamoto et.al, 1984). Fraksi dari polyscharide sulphate dari Sargassum fulvellum menunjukkan efek penghambatan tumor terhadap sarcoma-180 yang disuntikkan pada tikus (Yamamoto et.al., 1977).

Mortalitas Artemia pada larutan ekstrak E. alvarezii yang terlarut pada metanol dan kloroform, membuktikan adanya metabolisme sekunder yang bersifat polar dan nonpolar. Senyawa metabolit sekunder dari alga yang bersifat polar adalah flavonoid dan alkaloid, sedangkan senyawa yang bersifat non-polar adalah terpenoid dan steroid (Sastrohamidjojo, 1985).

Alginat adalah garam dari asam alginic, suatu co-polymer linier dari b-1, asam 4-D-mannuronic dan a-1, asam 4-L-guluronic, dengan residu diorganisir dari kelompok asam polyguluronic dan polymannuronic, seperti sequens heteropolymeric dari asam guluronic dan mannuronic. Alginat dilaporkan dapat merangsang produksi cytokines, tumour necrosis factor-a, interleukin-1 dan interleukin-6 dari monocytes manusia (Otterlei et al., 1991; Espevik et al., 1993), dan tidak bisa dipisahkan dari aktivitas perlawanan antitumor terhadap model tumour murine secara in-vivo (Fujihara et al., 1984; Fujihara & Nagumo, 1992). Suntikan intraperitoneal tunggal dari derivat alginat seperti alginate-DNM (daunomycin) pada tikus B16 menekan tumours subcutaneous yang dihasilkan kecil, tetapi secara signifikan menghalangi pertumbuhan tumor (Al-Shamkhani & Duncan, 1995).

Depolymerisasi secara biologi dari alginat adalah mengkatalisasi dengan alginate lyases (EC 4.2.2.3) melalui reaksi β-elimination, membelah rantai molekular dan menciptakan asam uronic yang tak terbungkus pada akhir tanpa pengurangan yang baru (Haugen et al., 1990). Produk akhir adalah campuran dari oligosaccharides pendek, yang menjadi bioaktif dan mempunyai aktivitas antitumour dan antivirus (Boyd & Turvey, 1978; Currie, 1983).

Sintesa total dari empat stereoisomer dari amiroxene, dimana hormone pelepasan spermatozoid dan feromon menarik dari Laminaria spp, menunjukkan (1S,2R,3S)-lamiroxene adalah isomer paling aktif. Sintesa total dari (3R,4S)-dictyopterene A, yang merupakan suatu feromon seks dari Dictyopteris Hawaiian sp, menggunakan optis aktif tributylstannylcyclopropane sebagai kunci penghubung ( 2S,3S,5R)-5-[(1R)-1-Hydroxydec-9-enyl]-2-pentyltetrahydrofuran-3-ol151 dan (2S,3S,5S)-5-[(1S)-1-hydroxydec-9-enyl]-2-pentyltetrahydrofuran-3-ol152, keduanya diisolasi dari Notheia anomala. (John Faulkner, 2001).

Alga coklat jenis Stypopodium schimperi dari laut Aegean mengandung meroterpenoid schimperiol baru. Seskuiterpena hydroquinones zonarol dan isozonarol dan quinones yang sesuai dengan zonarone dan isozonarone, merupakan hasil metabolit dari Dictyopteris zonaroides, disintesa secara umum dari β-ionone. Struktur dari sporochnol A, penghambat pakan ikan dari alga Caribbean Sporochnus bolleanus, diperoleh dengan sintesa total dari racemate. Dua diastereoisomers dan dari suatu struktur berdasarkan arsenomethionine yang diisolasi dari Sargassum lacerifolium (John Faulkner, 2001)

PUSTAKA

Fahri, M. 2010. Thesis. Unpublication.

3 komentar:

a'at adzkiya mengatakan...

sayangnya tak ada gambar Sargassumnya

Anonim mengatakan...

very good information...thanks

Thailand aik aik mengatakan...

thanks to find in my home, anonim/

Posting Komentar

Komentar Anda :

SAHABAT MAYA :

SEARCH LINK :

Label List

VISIT TOROWAMBA BEAUTY BEACH

VISIT TOROWAMBA BEAUTY BEACH
torowamba as one of tourism asset in sape bima

NEW MOTIVATION :

SUNGGUH SANGAT MEMALUKAN JIKA KAPAL BESAR KITA BERBALIK HALUAN KEBELAKANG HANYA UNTUK MENGURUS SAMPAN KECIL MASALAH. AYO !!! MAJU TERUS BRO !
Template by KangNoval & Abdul Munir | blog Blogger Templates