NIKAH : MITSAQAN GHALIDZAN (IKATAN KUAT KOKOH)

BY AMA LA DAFFA

Menikah, bagi sebagian orang adalah penantian penuh dengan rasa harap. Bagi sebagian yang lain mungkin menjadi momok yang dirasa berat dan mendebarkan. Betapa tidak, menikah adalah catatan sejarah baru dan pengalaman hidup yang paling berkesan. Menyatukan banyak perbedaan, meleburkan rasa dan juga hasrat yang terpendam lama. Mimpi-mimpi keindahan dan hubungan yang romantik akan segera menjadi nyata. Tumpahan kasih sayang tiada terbatas lagi. Sembari berjalan bersama untuk membuka tabir masa depan yang penuh dengan halang rintang dan harapan besarnya.

Menikah, secara fisik memang akan menjadi pintu mulus untuk melewati tembok batas batas yang menjadi sekatan sebelumnya. Hubungan fisik adalah cara halal yang, malah, dianjurkan untuk dipenuhi. Sebuah ritual ibadah yang menyenangkan. (hehehe.....)

Secara tersirat, menikah sesungguhnya adalah ikatan simpul dua hati yang sepakat untuk berbagi, seia sekata, senasib sejalan. Disini, sunnah silaturrahim menjadi terjaga dan kian erat.

Pada skala yang lebih makro, menikah menjadi simpul tali silaturrahim antara dua kubu besar kedua keluarga yang telah memilih duta-duta pilihan untuk menjadi titik simpul ikatan keluarga. Kita percaya dan juga yakin bahwa dengan ikatan silaturrahim yang akrab dan bersahaja, akan ada banyak hikmah dan jalan barakah yang diperoleh oleh kedua pihak dengan niat baik.

Sebagaimana layaknya ikatan tali, simpul yang kuat dan kukuh adalah menentukan hubungan dua rentang julur ikatan yang dihubungkan. Disini, makna nikah menjadi urgen dan prinsip sebagai duta besar keluarga masing-masing. Disini pula makna bahwa anjuran sunnah untuk menjaga ikatan nikah sebagai mitsaqan ghalidzan (ikatan kuat kokoh) menjadi penting untuk dijaga dan terus dipererat.

Penceraian, dengan kata lain mengurai simpul ikatan keluarga adalah salah satu syariat halal agama tetapi paling dibenci oleh Tuhan. Karena dengan cerai, hubungan baik dan ikatan tali silaturrahim menjadi kendor, lepas, terburai dan tidak menyatu lagi. Kadang, prosesi cerai banyak dibumbui dengan silang pendapat, silat lidah, sikut sana, sindir sini, sisih selisih kata, sikap adu domba, sampai-sampai fitnah bertebaran untuk menjadi alasan masing-masing. Tentu saja, hal buruk dan keburukan masing-masing menjadi berita publik yang ramai diumbar.

Padahal, sisi lemah ini dalam pernikahan adalah rahasia yang harus terjaga. Rahasia yang diibaratkan suami isteri adalah pakaian bagi pasangannya.

Pertanyaan kaum muda modern kini, KENAPA KITA MESTI MENIKAH ?

Menikah dalam sisi agama adalah upaya penyelematan diri kita dari banyak hal maksiat yang tersedia di lingkungan yang kita akrabi. Menikah adalah memberi nilai positif bagi hubungan kemanusiaan kita. Sebaliknya tidak menikah tetapi melakukan banyak hal layaknya orang yang menikah justru kita selalu mendapat nilai minus dari sisi agama. Kumpul kebo, kumpul keong atau kumpul badan adalah cara tidak bertanggungjawab untuk memenuhi hasrat yang menjadi potensi alamiah kemanusiaan.

Intinya, dengan menikah banyak kebaikan yang terselubung dan mengantar kita pada tanggungjawab dan ridho Ilahi.

Wahai sahabat muda, bersegeralah menjadi duta pilihan keluarga dengan orang pilihan jiwa menuju kebahagiaan yang telah mendekat.

Bagaimana kawan ????


* renungan keluarga
Salam